Kamis, 19 Juli 2012

Balita lebih Komunikatif

Pusat Pelatihan bisnis/Action Coach 19-07-2012
Balita dan anak-anak ternyata lebih komunikatif di bandingkan orang dewasa secara umum di dunia dan khususnya di Indonesia. Liat saja anak-anak dan balita itu begitu ceplas-ceplos menyampaikan kata hatinya. Bahkan arti katanya juuga cukup luas. Seperti yang ditulis di buku batas nalar yang ditulis Donald B Calne satu kata yang diucapkan bayi bisa bermakna begitu banyak. Sebagai contoh, kalau balita mengatakan kat "Bola" ini bisa berarti ; kemarikan bola itu atau aku suka bola itu atau bola saya lepas.... atau arti arti yang lainnya.

Ceplas-ceplosnya anak-anak dalam berbicara dan berkomentar terhadap sesuatu juga menunjukan kepercayaan diri mereka cukup tinggi untuk berinterakti dengan lingkungan melalui bahasa.

Tapi sangat disayangkan ketika sudah dewasa menjadi remaja-remaja atau mahasiswa yang tidak berani berbicara atau berekspresi. Kenapa jadi berkurang kepercayaan diri mereka? Jawabanya, ada yang salah dalam mendidik mereka. Kesalahan ini bisa dilakukan oleh orang tua atau siapa saja yang ada di lingkungan balita atau anak-anak itu.

Beberapa Kesalahan itu antara lain :
1. Waktu anak-anak sedang semangat berbicara dan bertanya pada orang tua. Tanpa disadari orang tua enggan menjawab atau bahkan menghardik anak-anak dengan kalimat "Sudah jangan banyak bicara, papa lagi sibuk". Hardikan ini, membuat anak-anak merasa bahwa berbicara itu tidak boleh, karena berbicara itu bisa mengganggu orang. Dengan demikian anak-anak mempersepsikan berbicara itu sebagai sesuatu yang mengganggu. Sehingga mereka akan mengurangi intensitas pembiacaraan. Kalau hardikan semacam ini semakin sering terjadi, maka semakin mengental pula persepsi bahwa "berbicara adalah mengganggu". Lama-kelamaan anak-anak enggan berbicara dan lebih baik diam. Kalau lebih banyak diam, berarti akan mengurangi kemapuan anak-anak untuk berbicara sebagai seorang Public Speaker. Karena itu, tetaplah bersabar ketika anak-anak kita sedang bersemangat bertanya banyak hal.

2. Tidak mengajak anak-anak untuk mengeluarkan pendapatnya. Banyak orang tua yang mengambil keputusan secara sepihak untuk anak-anaknya tanpa mengajak anak-anak berunding atau musyawarah. Orang tua merasa lebih tahu kebutuhan anak-anak daripada anak-anak itu sendiri. Padahal meminta pendapat anak-anak adalah satu diantara cara untuk melatih anak-anak menjadi Public Speaker yang baik. Sayang sekali, banyak orang tua yang melewatkan kesempatan yang baik ini. Karena itu, ajaklah anak-anak berdialog terkait dengan kebutuhan mereka.


(Business Relation Action Coach Agung Kurniawan. photo sheiik.blogspot.com).

0 komentar:

Posting Komentar