Pusat Pelatihan Bisnis/Action Coach 18-07-2012

Tapi dengan hasrat yang kuat, akhirnya Barnes sampai juga di depan Thomas Alfa Edison. Waktu itu, Barnes sadar bahwa dirinya bukanlah apa-apa di dibanding bisnisnya Pak Thomas. Karena itu, pertama kali yang diminta Baarnes bukanlah jadi Partner Bisnis, tapi Barnes minta dipekerjakan sebagai apapun saja di perusahaan Thomas. Thomaspun memandang cukup lama ke wajah Barnes. Kalau saja Thomas hanya memandang penampilan Barnes, tentu saja Barnes sudah diusirnya langsung. Tapi, Thomas mengakui, bahwa dirinya melihat hasrat yang cukup kuat di dalam diri Barnes. Karena itu di langkah awal, Barnes diterima di perusahaan Pak Thomas hanya sebagai pekerja serabutan. Pekerjaan Barnes sebagai tenaga serabutan ini berlangsung beberapa tahun, bahakan tidak ada tanda-tanda perubahan. Kalau, saja Barnes tidak punya hasrat yang sangat kuat, mungkin Barnes sudah pergi.... Tapi itulah hasrat. Hasrat yang kuat akan menjadi power untuk pencapaian hasrat itu sendiri.
Hingga pada suatu saat, Thomas Alfa Edison memperkenalkan hasil temuanya yaitu Ediphone (mesin pendikte edison) ke para manager marketingnya untuk segera dipasarkan. Tapi semua tenaga marketingnya tidak ada yang antusias untuk menjual alat itu.
Barnes yang mendengarkan kejadian ini, langsung tanggap dari berani menjadi tenaga penjualan Ediphone. Dan mulailah langkah awal Transformasi Barnes dari tenaga serabutan menjadi penjualan. Dan karena hasrat yang sangat kuat, akhirnya posisi inpun bermetamorfosis menjadi partner bisnis Thomas Alfa Edison. Karena penjualan Ediphone ini sangat luar biasa di tangan Barnes, maka Barnespun berubah posisi menjadi Partner bisnis Thomas Alfa Edison. Bahkan tag line Ediphone juga berbunyi "Dibuat Edison dipasang Barnes".
0 komentar:
Posting Komentar