Pusat Pelatihan Bisnis/Action Coach 11-07-2012
Orang biasanya akan merasa sejuk hatinya, kalau mendengarkan
ucapan terima kasih yang ditujukan kepadanya. Ini karena kata "Terima
Kasih" adalah bentuk pengghargaan yang paling tinggi nilainya. Untuk
memberikan ucapakan terima kasih, kita juga tidak perlu mengeluarkan
sejumlah uang (jadi boleh dikatakan, kita punya persedian kata terima
kasih yang tidak pernah habis). Tapi tidak jarang, kita sering kali
pelit untuk menyampaikan kata terima kasih.
Di Negeri Ginseng Korea Selatan kita akan sering mendengarkan ucapan terima kasih. Bukan hanya karena mendapat pertolongan saja orang akan mengucapkan terima kasih. Dalam peristiwa jual beli, juga selalu ada ucapan terima kasih. Sebagai satu contoh. Pada saat saya pertama kali membeli makanan kecil di satu warung kecil di Korea Selatan, saya membayarnya dengan uang 2000 won (nama mata uang Korea Selatan adalah won). Setelah saya membayar, penjual itupun mengucapkan kata "Kamsa Hamnida" yang artinya "terima kasih" sambil sedikit membungkuk (tidak bisa membungkuk sempurna karena banyak barang dagangan di depannya. Orang Korea Selatan akan membungkuk pada saat mengucapkan salam atau terima kasih). Ucapan terima kasih ini sangat membudaya di Korea Selatan. Setiap kali ada peristiwa jual beli, selalu ada kata terima kasih. Bayangkan, setiap detik di sekitar kita ada transaksi jual beli. Itu artinya, setiap detik di Korea Selatan selalu ada ucapan terima kasih. Saat itu itu, ada teman saya dari Indonesia yang mengatakan, "Orang Korea ini aneh, kita sudah membeli kok masih pakai ucapan terima kasih, kesuali kalau kita meminta".
Secara rasional, peristiwa jual beli adalah peristiwa ekonomi, dimana barang yang dijual menjadi milik saya, karena sudah saya tukar dengan uang. Tapi, warga Korea Selatan nampaknya tidak hanya memandang peristiwa jual beli hanya sebatas ekonomi, melainkan juga dilihat sebagai peristiwa humanis. Nampaknya apa yang dirasakan oleh warga Korea Selatan itu ada benarnya juga. Coba kita bayangkan, kalau kita punya uang yang banyak kita bisa beli apa saja. Tetapi, kalau tidak ada yang mau menjual, kita juga tidak akan bisa membeli apapun yang kita inginkan dan butuhkan. Demikian juga sebaliknya, penjual tidak akan bisa menjual barangnya, kalau tidak ada yang mau beli. Nilai inilah yang tidak bisa dihargai dengan uang. Sehingga, orang Korea Selatan baik yang berposisi sebagai pejual ataupun pembeli, selalu sama-sama mengucapkan terima kasih begitu selesai melakukan aktivitas jual beli.
Dengan ucapan terima kasih, orang akan merasa dihargai. Karena itu, orang Korea Selalu ingin menghargai satu sama lain. Karena dengan menghargai orang lain, sama hal dengan menghargai diri kita sendiri. Di Indonesia, kata terima kasih tidak sseperti di Korea Selatan yang begitu membudaya. Jadi, tidak heran kalau kita sering mendengar kata sebaliknya "Dasar Orang tidak tahu terima kasih".

Di Negeri Ginseng Korea Selatan kita akan sering mendengarkan ucapan terima kasih. Bukan hanya karena mendapat pertolongan saja orang akan mengucapkan terima kasih. Dalam peristiwa jual beli, juga selalu ada ucapan terima kasih. Sebagai satu contoh. Pada saat saya pertama kali membeli makanan kecil di satu warung kecil di Korea Selatan, saya membayarnya dengan uang 2000 won (nama mata uang Korea Selatan adalah won). Setelah saya membayar, penjual itupun mengucapkan kata "Kamsa Hamnida" yang artinya "terima kasih" sambil sedikit membungkuk (tidak bisa membungkuk sempurna karena banyak barang dagangan di depannya. Orang Korea Selatan akan membungkuk pada saat mengucapkan salam atau terima kasih). Ucapan terima kasih ini sangat membudaya di Korea Selatan. Setiap kali ada peristiwa jual beli, selalu ada kata terima kasih. Bayangkan, setiap detik di sekitar kita ada transaksi jual beli. Itu artinya, setiap detik di Korea Selatan selalu ada ucapan terima kasih. Saat itu itu, ada teman saya dari Indonesia yang mengatakan, "Orang Korea ini aneh, kita sudah membeli kok masih pakai ucapan terima kasih, kesuali kalau kita meminta".
Secara rasional, peristiwa jual beli adalah peristiwa ekonomi, dimana barang yang dijual menjadi milik saya, karena sudah saya tukar dengan uang. Tapi, warga Korea Selatan nampaknya tidak hanya memandang peristiwa jual beli hanya sebatas ekonomi, melainkan juga dilihat sebagai peristiwa humanis. Nampaknya apa yang dirasakan oleh warga Korea Selatan itu ada benarnya juga. Coba kita bayangkan, kalau kita punya uang yang banyak kita bisa beli apa saja. Tetapi, kalau tidak ada yang mau menjual, kita juga tidak akan bisa membeli apapun yang kita inginkan dan butuhkan. Demikian juga sebaliknya, penjual tidak akan bisa menjual barangnya, kalau tidak ada yang mau beli. Nilai inilah yang tidak bisa dihargai dengan uang. Sehingga, orang Korea Selatan baik yang berposisi sebagai pejual ataupun pembeli, selalu sama-sama mengucapkan terima kasih begitu selesai melakukan aktivitas jual beli.
Dengan ucapan terima kasih, orang akan merasa dihargai. Karena itu, orang Korea Selalu ingin menghargai satu sama lain. Karena dengan menghargai orang lain, sama hal dengan menghargai diri kita sendiri. Di Indonesia, kata terima kasih tidak sseperti di Korea Selatan yang begitu membudaya. Jadi, tidak heran kalau kita sering mendengar kata sebaliknya "Dasar Orang tidak tahu terima kasih".
(Bisnis Relation Action Coach Agung Kurniawan)// Photo : Dongdaemun-market.jpg
0 komentar:
Posting Komentar