Senin, 09 Juli 2012

Uang Recehpun Tetap Dihargai

 Pusat Pelatihan Bisnis/ Action Coach – 09-072012 
Negeri Ginseng Korea Selatan lebih kaya dibanding negara kita, kalau dilihat dari jumlah devisa yang dimiliki serta perputaran ekonomi yang sangat luas. produk-produk Korea Selatan hampir menyamai produk Jepang dalam wilayah pemasaran di seluruh belahan dunia. Tapi ada yang aneh di Korea Selatan. Sebagai negara maju, ternyata Korea Selatan masih sangat mencintai uang receh. Bayangkan, uang receh 10 won atau 50 won ternyata masih beredar dan tetap berlaku seperti halnya uang 10.000 won. Uang nominal paling besar di Korea Selatan adalah uang kertas senialai 10.000 won. Paling kecil uang receh warna merah senilai 10 won. Bandingkan di Indonesia. Nominal uang paling besar di Indonesia 100.000, yang terkecil ada 50, tapi sangat tidak dihargai

Di Korea Selatan setiap kali saya belanja, saya selalu mendapat uang kembalian. Uang kembalian terkecil senilai 10 won sekalipun akan tetap dibayar dengan uang receh 10 won yang terbuat dari logam berwarna merah. Kita tidak akan pernah mendapat uang kembalian dalam bentuk permen seperti yang ada di Indonesia. Sekecil apapun nilai uang kembalian itu (10 won misalnya) tetap akan dikembalikan dalam bentuk uang.

Dan setiap saya mendapat uang kembalian 10 won selalu saya simpan di dalam kaleng biskuit. Meski hidup di Korea Selatan Negeri Ginseng, pandangan saya terhadap uang receh masih seperti orang Indonesia pada umumnya, tidak begitu menaruh perhatian terhadap uang receh. Sehingga pada akhirnya selama 1 tahun saya punya uang receh 10 won sejumlah satu kaleng biscuits penuh. Satu hari aku berpikir "untuk apa uang receh 10 won sejumlah 1 kaleng biscuits penuh?". Akhirnya aku putuskan memberikan uang itu ke supermarket langgananku "pasti berguna untuk uang kembalian". Aku bawalah uang itu ke pemilik supermarket. Diapun terbengong-bengong melihat uang receh sejumlah 1 kaleng biscuits penuh itu. Singkat cerita, ia setuju menerima uang itu dan dihitung. Iapun menwarkan barang-barang sejumlah uang itu. Aku menolak, karena maksudku hanya memberikan uang itu cuma-cuma. Pemilik Supermarket marah-marah ke aku dan mengatakan "Ngawur kamu ini.... ini uang, uang hasil keringat kamu kerja, masak kamu buang secara cuma-cuma". Akupun menerima barang-barang yang ia tawarkan ke aku. Pemilik supermarket nampaknya senang, dan akupun pamit pulang.

Dalam perjalanan pulang aku berpikir, "orang Korea begitu menghargai uang, meski hanya 10 won". 10 won itu dikeluarkan oleh pemerintah Korea Selatan bukan hanya untuk sekedar ada, tapi memang benar-benar ada manfaatnya".
  (Business Relation Action Coach Agung Kurniawan)



0 komentar:

Posting Komentar