Pusat Pelatihan Bisnis/Action Coach - 14-07-2012
Dalam
ilmu Public Speaking, seorang pembicara dituntut untuk berbicara yang
efektif dan efesien. Berbicara efektif dan efesien artinya, kita
berbicara sesingkat mungkin tapi audience atau pasangan bicara kita
paham tentang apa yang kita sampaikan. Supaya dalam berbicara bisa
efektif dan efesien, maka berbicaralah hal-hal yang substansi saja.
Pendek kata, kalau dengan 10 kalimat saja audience sudah bisa mengerti,
kenapa mesti menggunakan 20 kalimat.
Kenapa kali ini saya menurunkan tulisan ini, karena saat ini banyak masyarakat kita yang berbicara tidak efektif. Bicaraya berputar-putar dan diulang-ulang lagi. Tentu ini tidak efektif dan hanya membuang-buang waktu. Bukankah waktu adalah uang. Kalau kita berbicara tidak efektif, sama saja kita tidak menghargai waktu kita sendiri juga waktu orang lain.
Banyaknya masyarakat yang tidak efektif dalam berbicara bisa kita lihat dalam kejadian sehari-hari, baik dalam pergaulan bisa maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekarang masyarakat sudah bisa melihat langsung bagaimana Anggota DPR kita bersidang. Sehingga masyarakat juga mengetahui bagaimana anggota DPR yang kita pilih ini menyampaikan pendapat. Beberapa kali juga kita melihat anggota DPR kita kalau menyampaikan pendapat di sidang, masih berputar-putar, sehingga memakan waktu yang cukup lama. padahal esensi pembicaraannya sedikit.
Di parlemen Inggris, setiap anggota parlemen hanya diberi kesempatan berbicara 30 detik. Ini menunjukan begitu efektif dan efesiennya berbicara. Sekaligus penghargaan terhadap pentingnya waktu.
Dengan berbicara efektif, maka kita juga menghargai waktu kita dan waktu orang lain. Dengan menghargai waktu, kita juga telah menjalankan ajaran agama. Karena di agama manapun menempatkan waktu sebagai hal yang penting. Sehingga kita diminta untuk menghargai waktu.
Dalam
ilmu Public Speaking, seorang pembicara dituntut untuk berbicara yang
efektif dan efesien. Berbicara efektif dan efesien artinya, kita
berbicara sesingkat mungkin tapi audience atau pasangan bicara kita
paham tentang apa yang kita sampaikan. Supaya dalam berbicara bisa
efektif dan efesien, maka berbicaralah hal-hal yang substansi saja.
Pendek kata, kalau dengan 10 kalimat saja audience sudah bisa mengerti,
kenapa mesti menggunakan 20 kalimat.Kenapa kali ini saya menurunkan tulisan ini, karena saat ini banyak masyarakat kita yang berbicara tidak efektif. Bicaraya berputar-putar dan diulang-ulang lagi. Tentu ini tidak efektif dan hanya membuang-buang waktu. Bukankah waktu adalah uang. Kalau kita berbicara tidak efektif, sama saja kita tidak menghargai waktu kita sendiri juga waktu orang lain.
Banyaknya masyarakat yang tidak efektif dalam berbicara bisa kita lihat dalam kejadian sehari-hari, baik dalam pergaulan bisa maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekarang masyarakat sudah bisa melihat langsung bagaimana Anggota DPR kita bersidang. Sehingga masyarakat juga mengetahui bagaimana anggota DPR yang kita pilih ini menyampaikan pendapat. Beberapa kali juga kita melihat anggota DPR kita kalau menyampaikan pendapat di sidang, masih berputar-putar, sehingga memakan waktu yang cukup lama. padahal esensi pembicaraannya sedikit.
Di parlemen Inggris, setiap anggota parlemen hanya diberi kesempatan berbicara 30 detik. Ini menunjukan begitu efektif dan efesiennya berbicara. Sekaligus penghargaan terhadap pentingnya waktu.
Dengan berbicara efektif, maka kita juga menghargai waktu kita dan waktu orang lain. Dengan menghargai waktu, kita juga telah menjalankan ajaran agama. Karena di agama manapun menempatkan waktu sebagai hal yang penting. Sehingga kita diminta untuk menghargai waktu.
(Business Relation Action Coach Agung Kurniawan)
0 komentar:
Posting Komentar