Menciptakan Budaya Coaching
Menuju Perusahaan Kelas Dunia
Hidup di ERA hyper modern dengan persaingan
bebas membuat kita sadar akan keterbatasan manusia di dalam menjawab
berbagai tantangan-tantangan hidup. Kreativitas dan daya pikir canggih
semata tidak lagi berhasil membawa kita memenangkan persaingan dan
sering kali tidak (atau terkesan tidak) ada pengaruhnya sama sekali
terhadap peningkatan kualitas performa/kinerja perusahaan.
Tentunya saya tidak
berpendapat bahwa kreatifitas dan kepandaian kognitif tidak berguna
lagi, justru ini sangat berguna sekali untuk kemajuan suatu organisasi.
Namun, harus diakui bahwa kualitas manusia (baca: intelektualitas SDM)
yang baik tidak menjamin peningkatan kemajuan suatu organisasi, dan
tidak lagi berbanding lurus dengan progress yang kita inginkan. Banyak
Direktur, bahkan C-level professional yang sangat pandai dan
berpengalaman belum dapat mengeksplorasi segenap kemampuannya untuk
aktualisasi dan eksistensi perusahaan dimana mereka berkarya. Sering
saya menemui banyak organisasi dan Entitas Bisnis mengambil jalan pintas
dengan menginvestasikan dana yang cukup signifikan untuk remunerasi top
managers mereka. Toh, ini pun dirasa kurang menjawab tantangan SDM
kita. Lalu apa yang “missing”?
Dari Literatur yang
saya baca, dan dari pengalaman saya pribadi, manusia dikategorikan
menjadi 4 bagian yang saling terkait dalam menunjang performa seseorang.
4 hal itu adalah: Body, Mind, Heart, and Spirit. Body adalah kekuatan
dan kesehatan fisik seseorang, Mind adalah inteligensia kognitif,
kesadaran atau “awareness” dalam bekerja. Nah itu dua bagian pertama
yang paling bisa diukur dengan metode konvensional (biasanya melalui
sistem absensi) dan KPI (Key Performance Index).� Dua
bagian yang pertama ini biasanya lazim diaplikasikan pada pasukan ujung
tombak, pekerja (staff), supervisor dan pelaksana lapangan. Lalu ada 2
bagian yang terakhir yaitu Heart and Spirit, yang kalau di terjemahkan
secara bebas berarti kemampuan seseorang untuk berpikir dengan segenap
hati dan jiwa. 2 bagian terakhir inilah yang wajib dikembangkan dan
dimiliki oleh semua lapisan, terutama untuk level paling tinggi
(top-tiers management people).
Nah kalau diibaratkan mobil, memiliki team dengan 2 bagian pertama saja yaitu body and mind
itu seperti menjalankan mesin dengan sepertiga power saja, sedangkan
apabila menggunakan ke 4 bagian diatas, maka kita laiknya menaiki mobil
dengan power 100%. Bayangkan betapa dahsyatnya performa organisasi
tersebut apabila top tiers kita menginisiasi ke 4 bagian tersebut. Lalu
bagaimana agar organisasi kita bisa menciptakan team yang bekerja secara
100%?
Didalam perusahaan,
pada umumnya “tanggung jawab” ini dilimpahkan ke divisi HR (Human
Resource) untuk melakukan “Touch Up” kepada asset SDM yang bersangkutan.
Disini peran HR sangat penting sekali di dalam memfasilitasi
perkembangan SDM secara holistic. Namun,
karena banyaknya permasalahan SDM yang dihadapi, dan terutama di level
pekerja atau staff, maka fungsi untuk mengoptimalkan SDM di level
tinggipun terkesan ala kadarnya dan bahkan diabaikan. HR team lebih
intens melakukan Internal Training, Skill improvement, Out Bound,
Recruitment, Induction Program, sampai menyesuaikan regulasi internal
dengan kebijakan pemerintah mengenai Perupahan dan buruh.
Permasalahan umum yang
kedua adalah, biasanya HR people akan “sungkan” dan merasa tidak nyaman
untuk menelurkan program pemberdayaan Top Tiers Management, yang
notabene adalah atasannya sendiri. Walaupun
semua pihak paham pentingnya “ constant people development”, toh pada
umumnya top level management, dan C-Level (CEO, COO, CMO, CFO) jarang
tersentuh secara sinifikan. Padalah dilevel inilah kebijaksanaan
Executive dihasilkan dan akan menentukan arah masa depan perusahaan.
Nah, kalau begitu siapakah yang paling berkompeten untuk meng-upgrade
top level management?
Dalam 1 dekade terakhir
ini, HRD sudah mengembangkan dan menambah fungsinya dari cuma sekedar
mengurusi SDM menjadi mengembangkan SDM. Makna dan singkatannya pun
sudah disesuaikan dari versi lama HRD (Human Resource Department )
menjadi versi baru HRD (Human Resource Development). Lalu apa perbedaan
antara versi lama dan versi baru? Perbedaan pertamanya terletak
di FOKUS utama untuk mengoptimalkan segenap asset SDM yang ada dari Top
to Bottom, dari CEO ke Front Liners. Perbedaan yang kedua terletak pada
proses melibatkan top tiers, director, dan managers untuk menjadi
katalis pengembangan ke anak buahnya masing – masing, yang apabila
dilakukan secara sistemik bukan saja Organisasi secara keseluruhan akan
maju, tapi juga kemampuan leadership dan peningkatan performa di setiap
individu di top level management juga akan meningkat. Lalu Skill apakah
yang harus dipelajari dan diaplikasikan oleh para C-Level people?
Ketrampilan ini adalah
“COACHING SKILL”, skill atau ketrampilan yang diperkenalkan pertama kali
di Dunia Barat (di America, kemudian menyebar di dataran Eropa) dan
telah banyak di pelajari oleh Executives Perusahaan Perusahaan besar di
dunia. Sama dengan skill atau ketrampilan lainnya, Coaching Skill bisa dipelajari dan terbukti membawa perubahan positif di
organisasi yang mengapliaksikannya. Coaching Skill bermuara pada sebuah
disiplin ilmu yang disebut sebagai Positive Psychology. Prinsip dasar
dan inti dari Coaching adalah “Self-Directed Learning”, atau
pembelajaran/pengembangan diri yang mengacu kepada kesadaran yang
bersumber dari dalam diri pribadi itu sendiri. Coaching akan membawa
segala sesuatu yang sudah kita pelajari, dari pengalaman, dari
bangku sekolah, dan dari manapun yang tersimpan di benak kita, dan
me-rekonstruksikan pengalaman dan informasi2 tersebut untuk menjawab
tantangan2 yang sulit yang kita hadapi pada saat ini. Skill ini akan
membawa setiap individu ke Top Performance mereka dan mereka akan benar2
menjadi Asset perusahaan yang paling berharga.
Sudah Siapkah anda membawa perusahaan dan diri anda sendiri “to be the best you can be”?
�
�Penulis : Humphrey Rusli
Business Coach di Surabaya ActionCOACH
Co Founder Surabaya ActionCOACH
0 komentar:
Posting Komentar